Minggu, 02 Oktober 2011

Sejarah Batik Indonesia


Pengertian 


Batik ialah cara menghias latar kain melalui teknik celup rintang. Kata batik berasal dari bahasa jawa ”amba” yang berarti menulis dan titik. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan ”malam” yang diaplikasikan keatas kain. Malam adalah sejenis lilin yang di cairkan dengan cara pemanasan. Batik merupakan tradisi penduduk nusantara yang berkembang sejak masa lalu. Kebiasaan membuat ragam hias sudah dilakukan sejak orang-orang purba melukis dinding gua. Lukisan dinding gua, antara lain terdapat di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Pulau Muna, Pulau Seram, Pulau Kei Kecil, Papua, dan Kalimantan. Ragam hias batik merupakan ekspresi jati diri dan lingkungan pembuatnya. Sehubungan dengan itu ragam hias batik dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu, batik keraton dan batik pesisiran.
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya.


SEJARAH BATIK Di INDONESIA
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan.ciri\kekhususannya.sendiri.

Ø  Perkembangan Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional.Indonesia.



Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO

Dengan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.
Depbudpar menyatakan masuknya Batik Indonesia dalam UNESCO Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity merupakan pengakuan internasional terhadap salah satu mata budaya Indonesia, sehingga diharapkan dapat memotivasi dan mengangkat harkat para pengrajin batik dan mendukung usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Depbudpar menyatakan upaya agar Batik Indonesia diakui UNESCO ini melibatkan para pemangku kepentingan terkait dengan batik, baik pemerintah, maupun para pengrajin, pakar, asosiasi pengusaha dan yayasan/lembaga batik serta masyarakat luas dalam penyusunan dokumen nominasi. UNESCO mencatat Batik Indonesia dan satu usulan lainnya dari Spanyol merupakan dokumen nominasi terbaik dan dapat dijadikan contoh dalam proses nominasi mata budaya tak-benda di masa datang.Depbudpar menyatakan upaya Pemerintah Indonesia ini merupakan komitmen sebagai negara pihak Konvensi UNESCO tentang Perlindungan Warisan Budaya Takbenda, yang telah berlaku sejak 2003 dan diratifikasi oleh 114 negara (Indonesia meratifikasinya tahun 2007).
UNESCO mengakui bahwa Batik Indonesia mempunyai teknik dan simbol budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia mulai dari lahir sampai meninggal, bayi digendong dengan kain batik bercorak simbol yang membawa keberuntungan, dan yang meninggal ditutup dengan kain batik. Pakaian dengan corak sehari-hari dipakai secara rutin dalam kegiatan bisnis dan akademis, sementara itu berbagai corak lainnya dipakai dalam upacara pernikahan, kehamilan, juga dalam wayang, kebutuhan nonsandang dan berbagai penampilan kesenian. Kain batik bahkan memainkan peran utama dalam ritual tertentu.





Ø  Batik Tulis


1.      Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain busana batik dari penjual batik.
2.      Bentuk gambar/desain pada model batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar baju batik dari batik online nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif batik modern yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan model busana batik cap dari penjual baju.
3.      Gambar model batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi baju batik dari penjual busana nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi mode baju batik tulis yang halus.
4.      Warna dasar kain mode busana dari busana online biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).
5.      Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain dari penjual batik biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik modern cap dari batik online yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
6.      Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan busana batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan model busana batik cap dari penjual baju. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
7.      Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs.
8.      Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.

  • Tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis :
  1. Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil.
  2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.
  3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
  4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu .
  5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
  6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
  7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
  8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
  9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.
  10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
  11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan.
  12. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.




Ø  Batik Cap
Membuat batik adalah kerajinan sangat mememakan waktu. Untuk memenuhi kebutuhan yang berkembang dan membuat kain lebih terjangkau kepada massa, pada pertengahan abad ke-19 itu .
Cap (cap tembaga) dikembangkan. Penemuan ini memungkinkan volume produksi batik yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode tradisional yang terkandung aplikasi membosankan lilin dengan tangan menggunakan canting. Setiap cap adalah sebuah blok tembaga yang membentuk unit desain.
Cap yang terbuat dari tembaga 1,5 cm lebar garis-garis yang dibentuk ke dalam model desain. Potongan kecil dari kawat itu yang digunakan untuk membentuk titik-titik. Setelah selesai, pola strip tembaga itu dipasangkan pada pegangan. Cap ini harus dibuat dengan teliti. Terutama jika pola yang akan dicap di kedua sisi kain. Sangat penting bahwa kedua sisi cap adalah identik sehingga pola akan konsisten.
Kadang-kadang cap yang dilas antara dua jeruji seperti jeruji-jeruji tembaga yang akan membuat dasar untuk bagian atas dan bawah. Blok dipotong setengah di pusat sehingga pola pada masing-masing bagian identik. Cap berbeda dalam ukuran dan bentuk tergantung pada pola yang  mereka butuhkan. Ukuran cap jarang melebihi 24 cm diameter, karena hal ini akan membuat penanganannya terlalu sukar.
Pria biasanya menangani aplikasi lilin dengan menggunakan cap. Sepotong kain dengan desain rumit bisa membutuhkan sebanyak sepuluh set cap. Penggunaan cap, karena berbeda dengan canting, untuk menerapkan lilin telah mengurangi jumlah waktu untuk membuat batik. Hari ini, kualitas batik didefinisikan oleh cap atau tulis, makna tulis berarti digambar dengan tangan yang menggunakan canting, atau Kombinasi, kombinasi dari kedua teknik.


Ø  Pewarna
Warna Tradisional untuk batik Jawa Tengah yang terbuat dari bahan alami dan terdiri terutama dari krem, biru, coklat dan hitam. Warna tertua yang digunakan dalam pembuatan batik tradisional adalah biru. Warna ini dibuat dari daun tanaman Nila. Daun itu dicampur dengan tetes gula dan kapur supaya bisa bertahan semalam. Kadang-kadang getah dari pohon Tinggi telah ditambahkan sebagai zat yang memperbaiki.
Warna biru muda didapatkan dengan mencelupkan kain dalam tinta dengan jangka waktu yang singkat. Untuk warna gelap, kain akan dicelupkan dalam tinta selama berhari-hari dan direndam seluruhnya hingga 8-10 kali sehari. Dalam batik tradisional, warna kedua diterapkan adalah warna cokelat disebut soga. Warna bisa berkisar dari kuning muda sampai coklat gelap. pewarna itu berasal dari kulit pohon Soga. Warna lain yang secara tradisional digunakan adalah warna merah tua disebut mengkuda.  
Pewarna ini dibuat dari daun Morinda Citrifolia. Warna akhir tergantung pada berapa lama kain itu direndam dalam bak pewarna dan seberapa sering hal itu dicelupkan. Keterampilan pengrajin dapat membuat banyak variasi warna-warna tradisional. Selain biru, hijau akan didapatkan dengan mencampurkan biru dengan kuning, ungu diperoleh dengan mencampur biru dan merah. Warna coklat soga dicampur dengan nila akan menghasilkan warna biru-hitam gelap.


  •  Tahapn Pembuatan Batik Cap
  1. Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang mode baju cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu di penjual busana.
  2. Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
  3. Gambar mode busana batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
  4. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi busana online yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
  5. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal.
  6. Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas.
  7. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.
 
Alat Oprasional Batik
Meskipun bentuk seni batik sangat rumit, alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana. Canting, diyakini penemuan murni orang Jawa, ini adalah  wadah tembaga yang mempunyai corong dan berdinding tipis kecil (kadang-kadang disebut pena lilin) yang terhubung ke bambu pendek untuk pegangan. Biasanya kira-kira 11 cm. panjang. Wadah tembaga diisi dengan lilin cair dan pembatik akan menggunakan canting itu untuk menggambar desain pada kain.


Ø  Canting
Canting memiliki ukuran yang corong yang berbeda (nomor untuk sesuai dengan ukuran) untuk dapat membuat efek desain bervariasi. Corong dapat bervariasi dari 1 mm design yang sangat rinci sampai dengan ukuran corong yang lebih besar digunakan untuk mengisi di daerah desain besar. Titik dan garis paralel bisa digambar dengan canting yang memiliki hingga 9 corong. Kadang-kadang segumpal kapas ditempelkan pada ujung corong yang difungsikan untuk pengisian di daerah sangat besar.

Ø  Wajan
Wajan adalah wadah yang menyimpan lilin yang meleleh. Bentuk seperti seperti wajan kecil. Biasanya terbuat dari besi atau keramik. Wajan diletakkan di atas kompor arang batu bata kecil atau pembakar yang disebut ‘anglo ‘. Lilin ini akan tersimpan dalam keadaan meleleh sementara pembatik menorehkan lilin ke kain.

Ø  ilin/Malam
Berbagai jenis dan kualitas lilin/malam yang digunakan dalam batik.  Lilin yang umum digunakan untuk batik terdiri dari campuran lilin lebah, digunakan untuk kelunakkannya, dan parafin, digunakan untuk kegetasannya. Resin dapat ditambahkan untuk meningkatkan kelengketan dan lemak hewan menciptakan likuiditas yang lebih besar. Lilin-lilin terbaik dari pulau-pulau Indonesia adalah dari Timor, Sumbawa dan Sumatra; tiga jenis parafin berbasis minyak bumi (putih, kuning dan hitam) digunakan.
Jumlah campuran diukur dalam gram dan bervariasi sesuai dengan desain. Resep lilin ini merupakan resep rahasia yang sangat dijaga ketat. Memvariasikan warna lilin dimungkinkan untuk menyamarkan bagian-bagian yang berbeda dari pola melalui berbagai tahap pewarnaan. Area lebih besar dari pola diisi dengan lilin yang berkualitas lebih murah dan lilin yang berkualitas lebih tinggi digunakan pada desain yang lebih rinci/rumit.
Lilin harus disimpan pada suhu yang tepat. Sebuah lilin yang terlalu dingin akan menyumbat corong. Sebuah lilin yang terlalu panas akan mengalir terlalu cepat dan tak terkendali. Para pembatik sering akan meniup ke dalam corong sebelum menorehkan lilin pada kain untuk menghapus setiap penghalang pada corong.




DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar